Di era digital yang terus berkembang pesat, fenomena pengangguran di kalangan generasi Z (Gen Z) menjadi salah satu isu yang terus mencuat. Generasi yang lahir pada Tahun 1997 hingga Tahun 2012 ini dikenal sebagai digital natives yang mahir dalam teknologi. Di satu sisi, mereka memiliki akses tanpa batas menuju informasi dan peluang pekerjaan secara global, namun di sisi lain, mereka juga harus berkompetisi dalam pasar kerja yang kian kompetitif dan dinamis. Perubahan teknologi yang cepat telah menyababkan ketidakpastian ekonomi, sehingga banyak dari mereka yang kesulitan menemukan pekerjaan yang stabil dan sesuai dengan keahlian mereka. Fenomena jutaan Gen Z menganggur di era digital ini memerlukan perhatian khusus karena tidak hanya berdampak pada stabilitas finansial individu, tetapi juga pada perkembangan sosial dan ekonomi secara keseluruhan.
Baca Juga: Fenomena Salah Jurusan bagi Peserta Didik
Mengenal Karakteristik Gen Z
Generasi Z tumbuh di era digital dengan akses teknologi yang luas, sehingga mereka menjadikan teknologi sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka. Kecakapan dalam menggunakan berbagai alat teknologi ini tidak hanya terlihat dalam kehidupan pribadi, tetapi juga dalam lingkungan kerja. Gen Z cenderung mahir dalam menggunakan perangkat lunak berbasis komputer, sehingga mereka lebih adaptif dan efisien dalam menyelesaikan tugas. Gen Z juga mengharapkan aksesibilitas yang sama dalam lingkungan kerja mereka karena terbiasa mendapatkan informasi secara instan serta terhubung dengan banyak orang melalui internet. Mereka mencari pekerjaan yang menawarkan keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan, termasuk opsi untuk bekerja dari rumah dengan jadwal yang fleksibel.
Teknologi juga memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan baru secara mandiri melalui kursus online maupun sumber daya digital lainnya, yang pada akhirnya akan menaikkan ekspektasi mereka terhadap setiap kesempatan pengembangan diri di tempat kerja. Selain itu, Gen Z juga menghargai transparansi dan komunikasi langsung melalui kecanggihan teknologi, sehingga mereka cenderung mendukung budaya kerja yang inklusif dan kolaboratif. Teknologi tidak hanya membentuk cara mereka bekerja, tetapi juga bagaimana pandangan mereka mengenai nilai dan budaya di tempat kerja.
Fenomena Pengangguran di Kalangan Gen Z
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2023 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk kelompok usia 15-24 tahun mencapai 18,8%, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang berada di kisaran 5-6%. Artinya bisa dikatakan bahwa hampir 10 juta pengangguran di Indonesia datang dari kalangan generasi Z. Bagaimana bisa generasi yang mahir teknologi malah tidak mendapatkan pekerjaan di era digital ini? Perlu kita pahami apa saja yang menyebabkan jutaan generasi Z menganggur.
- Kendala Pendidikan
Biaya sekolah yang mahal membuat akses pendidikan berkualitas menjadi sulit bagi banyak keluarga, terutama mereka yang memiliki kemampuan ekonomi lemah. Akibatnya, banyak generasi muda yang hanya bisa mendapatkan pendidikan yang minim atau bahkan tidak mampu menyelesaikan pendidikan sama sekali. Selain itu, kurikulum pendidikan yang ada di sekolah sering kali tidak sejalan dengan kebutuhan industri modern. Keterampilan praktis dan teknis yang sangat dibutuhkan di pasar kerja sering kali tidak diajarkan secara memadai di sekolah. Hal ini menyebabkan lulusan tidak siap menghadapi tuntutan dunia kerja yang semakin dinamis. Permasalahan ini dapat menciptakan kesenjangan antara pendidikan yang diterima oleh generasi Z dan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri, sehingga meningkatkan angka pengangguran di kalangan mereka. - Lapangan Kerja Terbatas
Regulasi ketenagakerjaan yang kaku dan birokrasi yang rumit seringkali menghambat penciptaan lapangan kerja baru. Pada akhirnya muncul kebijakan pemerintah yang cenderung lebih menguntungkan pengusaha, seperti kemudahan perizinan usaha tanpa diimbangi perlindungan yang memadai bagi pekerja. Selain itu, banyak pekerjaan di Indonesia yang berada di sektor informal. Sektor informal juga sering kali tidak menyediakan kontrak kerja yang jelas, upah yang layak, maupun perlindungan ketenagakerjaan. Banyak generasi Z yang terjebak dalam pekerjaan seperti ini, dan tidak mampu bertahan dalam waktu yang lama. Kondisi seperti ini menyebabkan lapangan kerja yang tersedia tidak mampu menyerap seluruh angkatan kerja dari generasi Z, sehingga angka pengangguran tetap tinggi. - Otomatisasi Teknologi
Proses otomatisasi yang semakin meluas di berbagai sektor industri telah menggantikan banyak pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia dengan teknologi yang canggih. Akibatnya, permintaan akan tenaga kerja untuk pekerjaan manual menurun drastis. Selain itu, kesenjangan akses terhadap teknologi digital menjadi kendala besar bagi generasi Z yang tidak memiliki fasilitas untuk mengikuti perkembangan teknologi. Generasi muda di daerah terpencil atau mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi rendah seringkali tidak memiliki akses yang memadai terhadap perangkat digital yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan yang relevan dengan pasar kerja saat ini. Ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi ini memperlebar kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja muda dan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri, sehingga semakin memperparah tingkat pengangguran di kalangan generasi Z. - Ekspektasi yang Terlalu Tinggi
Generasi Z sering kali memiliki harapan yang tinggi terhadap pekerjaan pertama mereka, seperti gaji yang tinggi, fasilitas kerja yang baik, dan perkembangan karier yang cepat. Namun, realita pasar kerja seringkali tidak sesuai dengan ekspektasi yang mereka miliki. Banyak pekerjaan yang tersedia memerlukan pengalaman atau keterampilan khusus yang tidak dimiliki oleh fresh graduate, sehingga mereka sering kali menemui kesulitan untuk memasuki pasar kerja. Selain itu, beberapa generasi Z mungkin enggan menerima pekerjaan yang dianggap tidak sesuai dengan harapan atau kualifikasi mereka. Sikap ini dapat menyebabkan mereka menolak peluang kerja yang sebenarnya dapat menjadi langkah awal dalam membangun karier mereka.
Dampak Jangka Panjang
Pengangguran bukan masalah yang sederhana dan harus segera ditemukan solusinya. Apabila dibiarkan begitu saja, maka dapat menyebabkan hal-hal berikut ini:
- Penurunan Produktivitas Ekonomi: Pengangguran pada Generasi Z menandakan bahwa potensi sumber daya manusia yang ada tidak dimanfaatkan secara optimal. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang karena kurangnya kontribusi produktif dari kelompok usia ini.
- Perubahan Struktur Demografi: Apabila generasi ini mengalami kesulitan dalam memulai karier dan membentuk keluarga, hal ini dapat menyebabkan penurunan tingkat kelahiran dan perubahan dalam struktur populasi yang dapat memengaruhi ekonomi dan kebijakan sosial.
- Terjadi Kesenjangan Generasi: Pengangguran Gen Z yang signifikan dapat memperkuat kesenjangan antargenerasi, di mana generasi yang lebih tua akan memikul lebih banyak tanggung jawab baik dalam hal keuangan maupun sosial, sementara generasi yang lebih muda mengalami kesulitan dalam mencapai standar kehidupan yang sama.
Langkah yang Perlu Dilakukan
Untuk mengatasi tingkat pengangguran Gen Z di Indonesia, kita bisa menerapkan beberapa langkah strategis berikut ini:
- Peningkatan Pelatihan: Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan serta pelatihan vokasional yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Hal ini akan membantu Gen Z untuk memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri.
- Penguatan Kebijakan Tenaga Kerja: Menyusun dan mengimplementasikan kebijakan yang mendukung fleksibilitas tenaga kerja, perlindungan pekerja, dan penciptaan lapangan kerja yang layak.
- Kolaborasi dengan Industri: Membangun kemitraan yang erat antara lembaga pendidikan, pemerintah, dan sektor swasta untuk memastikan bahwa kurikulum pendidikan telah sesuai dengan kebutuhan industri.
- Inovasi Teknologi dan Digitalisasi: Mengembangkan ekosistem teknologi yang mendukung perkembangan ekonomi digital, sehingga nantinya akan tercipta peluang kerja baru di sektor digital.
- Pemberdayaan Kewirausahaan: Mendorong kewirausahaan di kalangan Gen Z dengan memberikan pelatihan, dukungan modal, serta akses ke jaringan bisnis yang dapat membantu mereka memulai usaha sendiri.
Baca Juga: Menciptakan Kegiatan Belajar yang Menyenangkan untuk Diri Sendiri
Pengangguran di kalangan Gen Z bukan hanya masalah individu, tetapi juga merupakan cermin dari tantangan sistemik yang perlu kita selesaikan secara bersama-sama. Dampak dari pengangguran ini tidak hanya mengenai keuangan dan kesejahteraan individu saja, tetapi juga bisa merusak potensi ekonomi dan sosial negara. Dengan adanya kesadaran dan tindakan yang tepat, kita bisa dapat membantu Gen Z untuk meraih potensi mereka sepenuhnya.
Referensi
Nyaris 10 Juta Gen Z Pengangguran, Ternyata Ini Akar Masalahnya
Gen Z jago main gadget tapi pada susah cari kerja, harus banyakin upgrade skill tuh. Ayo semangat Gen Z! Jangan rebahan mulu!!!