Rumah memang menjadi salah satu kebutuhan pokok, yang mana banyak generasi muda tengah menghadapi kesulitan yang nyata untuk memilikinya. Laporan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menunjukkan bahwa jumlah backlog perumahan masih sangat tinggi, di mana sebagian besar terdiri dari generasi muda yang belum memiliki hunian tetap. Selain itu, biaya properti yang terus meningkat tidak sebanding dengan pertumbuhan pendapatan rata-rata khususnya pada generasi muda, sehingga mengakibatkan rendahnya daya beli mereka. Di tengah kondisi ekonomi yang penuh tantangan ini, kita perlu memahami faktor-faktor apa saja yang bisa menyebabkan generasi muda sekarang akan sulit beli rumah, serta bagaimana strategi yang dapat ditempuh agar impian memiliki rumah tetap bisa diraih. Untuk memahami hal tersebut, kita perlu mengupas tantangan utama dalam membeli rumah beserta dampaknya, dan juga memberikan saran praktis agar generasi muda bisa merencanakan kepemilikan rumah dengan lebih matang.
Baca Juga: Mengatur Keuangan dengan Metode Budgeting Pribadi
Tantangan Utama dalam Membeli Rumah
Membeli rumah telah menjadi impian banyak orang, terutama bagi generasi muda yang tengah memulai perjalanan hidup mandiri. Namun, impian tersebut kerap kali sulit tercapai akibat berbagai tantangan yang terus muncul. Berikut adalah beberapa tantangan utama yang sering dihadapi oleh generasi muda dalam membeli rumah:
- Harga Properti yang Terus Naik
Salah satu kendala terbesar adalah tingginya harga properti yang terus naik setiap tahunnya. Faktor-faktor seperti urbanisasi, permintaan yang tinggi, serta ketersediaan lahan yang terbatas membuat harga rumah menjadi semakin tidak terjangkau. Bagi generasi muda yang baru memulai karier, pertumbuhan harga properti ini akan terasa sangat berat, karena kenaikan harga rumah jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pendapatan mereka. - Pendapatan yang Stagnan
Kenaikan biaya hidup dan harga properti tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan. Banyak pekerja muda yang menghadapi stagnasi dalam kenaikan gaji, sehingga kemampuan mereka untuk menabung dan membeli rumah menjadi terbatas. Kondisi ini makin menyulitkan mereka untuk memenuhi persyaratan uang muka dan cicilan, apalagi jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya yang memiliki daya beli lebih kuat pada usia yang sama. - Gaya Hidup dan Preferensi yang Keliru
Selain faktor eksternal, gaya hidup dan preferensi yang tidak tepat juga bisa menjadi tantangan. Generasi muda sering kali lebih memprioritaskan gaya hidup konsumtif, seperti liburan, gadget terbaru, dan gaya hidup “ngopi” yang sering menguras saldo. Meskipun tampak sederhana, keputusan-keputusan konsumtif seperti ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk menabung dalam jangka panjang. Di samping itu, keinginan untuk tinggal di kawasan perkotaan atau perumahan bergaya elit juga membuat harga rumah yang diincar semakin tinggi dan tidak realistis untuk diwujudkan. - Skema Pembiayaan yang Terbatas
Salah satu hambatan lain dalam memiliki rumah adalah keterbatasan akses pada skema pembiayaan yang sesuai. Generasi muda banyak yang bekerja dalam sistem kontrak atau tidak tetap, yang membuat mereka sulit mendapatkan pembiayaan jangka panjang. Lembaga keuangan cenderung berhati-hati dalam memberikan pinjaman untuk karyawan kontrak, sehingga persyaratan pembiayaan menjadi lebih ketat dan sulit dijangkau.
Dampak Ketidakmampuan Membeli Rumah
Ketidakmampuan generasi muda dalam membeli rumah dapat berdampak luas terhadap perekonomian, baik secara individu, masyarakat, maupun makroekonomi. Berikut adalah beberapa dampak signifikan yang bisa ditimbulkan:
- Pergeseran Pola Konsumsi
Generasi muda yang tidak bisa membeli rumah cenderung mengalokasikan pengeluaran mereka pada kebutuhan jangka pendek atau gaya hidup yang lebih fleksibel, seperti hiburan, perjalanan, dan konsumsi barang-barang mewah. Hal ini bisa menguntungkan sektor tertentu, namun kurang berkontribusi terhadap investasi jangka panjang. Pergeseran ini menciptakan tantangan bagi pertumbuhan sektor yang bergantung pada komitmen jangka panjang, seperti layanan finansial, industri properti, dan pembiayaan pensiun. - Penurunan Mobilitas Ekonomi
Rumah bukan hanya aset finansial, tetapi juga faktor penting dalam stabilitas hidup dan mobilitas ekonomi. Ketika generasi muda kesulitan memiliki rumah, mereka sering kali terjebak dalam siklus sewa yang tidak menawarkan jaminan kepemilikan. Biaya sewa yang terus naik dapat menyerap sebagian besar pendapatan mereka, membatasi daya beli, dan memperkecil kemampuan untuk menabung. Hal ini berisiko memperlambat mobilitas ekonomi, memperlebar kesenjangan sosial, serta menurunkan kualitas hidup mereka dalam jangka panjang. - Menghambat Pertumbuhan Penduduk
Ketidakmampuan memiliki rumah juga berdampak pada keputusan generasi muda dalam membangun keluarga. Banyak yang menunda pernikahan atau memiliki anak karena merasa tidak punya kestabilan finansial dalam bentuk hunian tetap. Dalam jangka panjang, ini bisa mengakibatkan penurunan angka kelahiran, yang berdampak pada perubahan demografi dan struktur populasi. Di banyak negara, fenomena ini telah memengaruhi persediaan tenaga kerja jangka panjang serta memperburuk beban ekonomi akibat populasi yang menua. - Kenaikan Harga Sewa dan Nilai Properti
Karena tingginya permintaan pada sektor sewa, harga sewa perumahan cenderung meningkat, terutama di daerah perkotaan. Hal ini akan menambah beban generasi muda dalam menabung untuk membeli rumah, dan hanya memperpanjang waktu mereka tinggal dalam sistem sewa. Kondisi ini juga meningkatkan harga properti secara keseluruhan, yang berdampak pada generasi selanjutnya yang akan semakin sulit mengakses rumah yang terjangkau. - Menghalangi Pertumbuhan Sektor Properti
Industri properti merupakan salah satu sektor utama yang berkontribusi terhadap perekonomian melalui pembangunan rumah, penjualan tanah, hingga tenaga kerja di sektor konstruksi. Ketidakmampuan generasi muda dalam membeli rumah dapat mengurangi permintaan pasar perumahan, sehingga berpotensi memperlambat pertumbuhan sektor ini. Hal ini akan berdampak negatif pada investasi properti, serta lapangan kerja terkait, seperti kontraktor, arsitek, dan pemasok bahan bangunan.
Saran untuk Generasi Muda agar Bisa Membeli Rumah
Bagi generasi muda, memiliki rumah sendiri mungkin terasa seperti impian yang sulit dicapai dalam kondisi biaya hidup yang semakin tinggi. Namun, dengan perencanaan keuangan yang tepat dan gaya hidup yang bijaksana, impian memiliki rumah bukanlah sesuatu yang mustahil. Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat membantu generasi muda untuk merencanakan pembelian rumah:
- Membuat Anggaran Keuangan Pribadi
Langkah pertama yang penting adalah memiliki anggaran keuangan pribadi. Dengan anggaran ini, Kita bisa melihat pemasukan dan pengeluaran secara rinci, sehingga dapat mengidentifikasi pengeluaran mana yang dapat dikurangi. Mengelola anggaran dapat membantu memastikan bahwa target finansial dapat dicapai. Dengan mengatur prioritas keuangan sejak dini, nantinya pengalokasian dana untuk pembelian rumah akan jadi lebih mudah. - Mulai Menyisihkan Uang untuk Ditabung
Setelah memiliki anggaran, langkah selanjutnya adalah mulai menyisihkan sebagian pendapatan untuk ditabung khusus untuk rumah. Tabungan ini sebaiknya diperlakukan sebagai prioritas, sehingga dana tersebut tetap utuh dan tidak terganggu oleh kebutuhan lainnya. Meskipun kecil, komitmen menabung secara konsisten setiap bulan akan sangat membantu dalam mengumpulkan uang muka atau down payment (DP) rumah. - Hindari Gaya Hidup Boros
Gaya hidup boros merupakan salah satu penghalang utama dalam mencapai tujuan keuangan jangka panjang seperti membeli rumah. Mengutamakan kebutuhan dibandingkan keinginan adalah kebiasaan yang harus mulai diterapkan. Batasi pengeluaran untuk hal-hal yang bersifat konsumtif, seperti belanja barang-barang mewah atau aktivitas yang berbiaya tinggi, sehingga kita bisa memfokuskan dana pada kebutuhan utama. - Mencoba Mencari Penghasilan Tambahan
Memiliki penghasilan tambahan bisa sangat membantu mempercepat pencapaian dana untuk membeli rumah. Pilihlah pekerjaan sampingan atau usaha yang tidak mengganggu keseimbangan work life balance, seperti freelancing, usaha online kecil-kecilan, atau kegiatan yang sesuai dengan minat. Dengan tambahan pemasukan ini, kita bisa menambah jumlah tabungan untuk rumah tanpa harus menekan pengeluaran sehari-hari secara ekstrem. - Memilih Hunian yang Terjangkau
Saat siap untuk membeli rumah, sebaiknya pertimbangkan hunian yang sesuai dengan kemampuan finansial. Tidak ada salahnya memulai dengan rumah yang sederhana atau mencari program rumah subsidi yang menawarkan KPR dengan bunga rendah. Fokuskan pada pemilihan rumah yang nyaman dan sesuai anggaran, tanpa harus memaksakan diri membeli rumah besar atau di lokasi yang mahal. Memulai dengan rumah kecil dapat menjadi langkah awal yang baik sebelum mencapai hunian impian.
Baca Juga: Ketentuan Utang Piutang yang Aman
Memiliki hunian sendiri bisa menjadi fondasi kestabilan keuangan. Rumah memberikan rasa aman, kepastian, dan kepemilikan yang tak ternilai bagi masa depan generasi muda. Meski tantangan dalam membeli rumah semakin berat, mulai dari harga yang terus melambung hingga keterbatasan akses pembiayaan, penting bagi generasi muda untuk tetap optimis dan berusaha menyiapkan strategi finansial sejak dini. Dengan perencanaan yang matang, pengelolaan keuangan yang disiplin, dan sikap adaptif terhadap peluang yang ada, generasi muda tetap memiliki kesempatan untuk meraih rumah impian.
Referensi
Tantangan Milenial untuk Memiliki Rumah